Kamis, 16 November 2017

Solid Gold | Ini Hasil Pengujian Honda CRF 150L di Habitat Aslinya


Solid Gold | Bandung - Astra Honda Motor (AHM) memberikan kesempatan bagi jurnalis untuk menjajal Honda CRF 150L lewat test ride yg berlangsung di Bandung, Jawa Barat, Rabu (15/11). Ini merupakan kali kedua bagi Team setelah melakukan first ride di kawasan Pagedangan, Tangerang, Banten, pada 9 November 2017.

Bedanya, saat pengetesan pertama di Pagedangan dilakukan di trek buatan. Meski begitu terdapat banyak rintangan yg bisa dibilang cukup untuk merasakan performa motor sekaligus kemampuan berkendara.

Rintangan yg tersaji di lintasan 100 persen tanah ini cukup lengkap, mulai dari bergelombang, trek panjang dengan kondisi mulus, tanjakan terjal, turunan curam, hingga kubangan.

Tapi kondisi 100 persen berbeda tersaji di Bandung. Berlangsung di kawasan Dago, CRF 150L benar-benar disiksa di habitat aslinya, yakni wilayah pegunungan.

Sebelum memulai perjalanan, kami mengenakan riding gear seperti helm plus google, sarung tangan & sepatu motor trail. Agar tambah safety dikenakan pula protektor dada, sikut & lutut. Setelah itu kami melakukan stretching untuk menghindari otot tegang.

Kesan pertama kami saat melihat motor ini cukup jangkung. CRF 150L memiliki dimensi panjang 2.119 mm, lebar 793 mm, & tinggi 1.153 mm. Sementara jarak sumbu roda & jarak tempat duduk masing-masing 1.375 mm & 869 mm, dengan jarak terendah ke tanah 285 mm.

Tapi saat diduduki oleh penguji Team yg memiliki tinggi badan 175 dengan bobot 92 kg, shock belakang seperti amblas. Itu menjadi isyarat jika suspensi belakang memiliki daya redam yg cukup baik. Kedua kaki pun bisa menapak ke tanah dengan sempurna.

Diangkatnya bendera start oleh Direktur Marketing AHM, Thomas Wijaya menjadi tanda dimulainya "Fun Off Road Touring with Honda CRF 150L". Kami pun langsung tancap gas ke Bukit Moko sbg titik pemberhentian pertama.

Untuk menuju lokasi ini kami melewati jalur on road berupa aspal & beton. Boleh dibilang lokasi ini menjadi awal penyiksaan CRF 150L karena terdapat beberapa titik tanjakan. Saking terjalnya, motor tak sanggup naik menggunakan gigi dua.

Sesampainya di Bukit Moko, teknisi AHASS (Astra Honda Authorized Service Station) mengurangi tekanan ban. Artinya jalur off road segera dimasuki.

Perjalanan kembali dilanjutkan, tapi kali ini turunan curam yg mesti dihadapi. Rem cakram Wavy Disc 240 mm di depan & 220 mm di belakang milik CRF 150L begitu pakem. Saat melewati turunan curam ini tentunya sangat berbahaya jika terlalu banyak ngerem, oleh karena itu kami memilih memanfaatkan engine brake dari gigi satu.

Trek Berlumpur

Memasuki kawasan hutan pinus, jalanan 100 persen tanah menyapa. Konturnya licin & cenderung gembur karena beberapa hari terakhir wilayah ini selalu diguyur hujan, termasuk sehari sebelum acara dimulai. Beruntung saat tes kemarin cuaca bersahabat lantaran berawan sehingga tidak panas & udara menjadi sangat sejuk.

Jalur yg kami lewati kini tidak lagi padat permukaannya. Kondisi ini akan kami tempuh sejauh 20 kilometer lebih. Baru masuk kawasan off road ini beberapa rekan jurnalis "mencium tanah" karena saking licinnya trek.

Tanah yg tadinya gembur berubah menjadi lumpur. Beberapa kali kami "nyangkut" karena saking dalamnya lumpur. Ban pacul ukuran 2.75 – 21 45P di depan & 4.1 – 18 59P di belakang yg dipakai CRF 150L kehilangan traksi karena sudah tertutup lumpur. Beruntung ada tim rescue yg membantu sehingga perjalanan bisa kembali dilanjutkan.

Untuk memudahkan melewati lintasan berlumpur seperti ini kami harus fokus pada satu jalur yg dilewati motor-motor sebelumnya. Agar tidak nyangkut lagi, selongsong gas harus terus dimainkan agar ban mendapatkan traksi. Buka tutup gas terus kami lakukan agar bisa terus melaju.

CRF 150L yg menggunakan mesin 4-Tak SOHC satu silinder berkapasitas 149 cc. Output yg dihasilkan 12,7 Tk pada putaran 8.000 rpm dengan torsi puncak 12,43 Nm pada 6.500 rpm. Tenaga yg dimiliki motor ini cukup tangguh melewati jalur berat ini.

Sistem injeksi yg selama ini dikhawatirkan kala adventure seperti ini tidak menemui kendala. Tenaga mesin tidak terasa ngempos meski terjebak dalam lumpur.

Menurut anggota Trabas Bandung yg mengawal touring ini, jalur yg dilintasi merupakan level tiga (3). Itu artinya tingkat kesulitan jalur ini cukup tinggi. Tidak hanya performa mesin yg diuji tapi juga fisik si penunggang CRF 150L.

Keluar hutan kami menuju jalur pedesaan. Kali ini sistem suspensi yg benar-benar diuji karena jalur yg ditempuh bergelombang & didominasi bebatuan. Batu-batu itu cukup licin sehingga kami harus ekstra fokus agar tidak terjatuh. Bisa dibayangkan dong terjatuh di jalur ini sakitnya seperti apa.

Kami juga sering dengan sengaja menghajar lubang maupun kubangan untuk mengetahui kemampuan kedua shock tersebut. Hasilnya, suspensi depan up side down berdiameter 37 mm dengan Stroke 225 mm & Monosuspension with Pro-Link Suspension System dengan Axle Travel 207 mm mampu bekerja dengan sangat baik.

Saking empuknya, suspensi mampu meredam guncangan sehingga getaran tidak terlalu terasa ke setang, alhasil memberikan rasa nyaman & memudahkan pengendalian.

Secara keseluruhan, CRF 150L cukup memuaskan dari segi performa mesin maupun sistem suspensi & pengeremannya.

Menariknya, menempuh jarak kurang lebih 40 km dengan kondisi jalan yg ekstrem & buka tutup gas terus, indikator bensin pada meter cluster full digital tidak turun satu bar pun. Ini membuktikan motor dengan kapasitas tangki 7,2 liter ini cukup irit.

0 comments :

Posting Komentar