Senin, 16 Oktober 2017

Solid Gold | Lambaian Tangan Terakhir Djarot di Balai Kota



Solid Gold : Jakarta - Jumat, 13 Oktober 2017 menjadi hari terakhir Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat berkantor di Balai Kota Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Namun, tak ada alasan bagi Djarot untuk bersantai atau mengendorkan aktivitas. Masih ada kegiatan yg menantinya, baik di Balai Kota maupun di luar kantor.

Djarot keluar dari rumah dinas gubernur di Jalan Taman Suropati 7, Menteng, Jakarta Pusat, sekitar pukul 07.40 WIB. Menumpangi Toyota Land Cruiser, Djarot didampingi sang istri, Happy Farida, meninggalkan rumah dinas diikuti dua mobil ajudan. Tak ketinggalan dua sepeda motor dari Dinas Perhubungan DKI yg mengawal di depan & belakang rombongan.

Agenda pertama pagi ini adalah menuju Kompleks Marinir Cilandak, Jakarta Selatan, untuk meresmikan RPTRA KKO. Selain itu, Djarot juga akan menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja, serta serah terima peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).

Usai mengikuti kedua agenda itu, selesai pula kegiatan Djarot di luar kantor. Peresmian RPTRA KKO menjadi penanda selesainya tugas resmi Djarot sbg Gubenur DKI sejak mulai bertugas sbg Plt Gubernur pada Rabu, 10 Mei 2017 & dilantik Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada Kamis, 15 Juni 2017 di Istana Negara, Jakarta.

"Ini agenda kita yg terakhir, & Jumat ini saya akan selesaikan semua surat yg perlu keputusan segera. Hari ini, kami selesaikan semua surat, sehingga tdk ada lg tanggungan. Saya perintahkan hari Sabtu sama Minggu bersih, tdk ada lg (disposisi surat)," kata Djarot di kawasan Cilandak, Jumat siang.

Rencananya, usai dari Cilandak, mantan Wali Kota Blitar itu akan menuju Balai Kota untuk membereskan dokumen serta melaksanakan salat Jumat. Yang jelas, Djarot yakin tak akan bs konsentrasi bekerja di Balai Kota pada hari terakhir ini.

"Saya yakin di kantor banyak sekali orang. Mungkin habis salat Jumat itu saya minta ajudan bawa saja pulang, berapa koper bawa pulang. Sebab kalau di kantor itu maaf enggak bs terus ya, kadang ada tamu, ada foto-foto. Saya minta rapikan, habis salat Jumat beresin semuanya," ucap dia.

Benar saja, ketika Djarot tiba di Balai Kota sekitar pukul 10.30 WIB, puluhan warga tlh menunggu sejak pagi. Namun, Djarot memutuskan untuk masuk ke ruang kerjanya membereskan berbagai dokumen. Lama berada di ruang kerjanya, dia kemudian terlihat keluar untuk menunaikan salat Jumat.

Sementara itu, di depan Balai Kota Jakarta, puluhan warga yg sdh datang sejak pagi tetap tak beranjak. Mereka menunggu Djarot di hari terakhirnya bekerja di Balai Kota.

"Mau foto dgn Pak Djarot & wisata bunga-bunga," kata Setiawati, warga Kedoya, Jakarta Barat, saat ditanyakan tujuannya ke Balai Kota.

Keinginan Setiawati & warga lain akhirnya terpenuhi ketika usai salat Jumat, terlihat di selasar Balai Kota ada pergerakan mobil dinas Djarot. Langsung saja mereka mengerubungi politikus PDIP itu untuk berfoto bersama sekaligus mengucapkan terima kasih.

"Barakallah, terima kasih atas semuanya, sukses ya, Pak," ujar warga yg umumnya para ibu itu.

"Terima kasih, terima kasih," ucap Djarot sambil menyalami mereka satu per satu.

Sekitar pukul 13.00 WIB, Djarot menaiki mobil dinas. Diiringi lambaian tangan warga, Djarot yg membuka kaca mobil membalas lambaian itu & berlalu dari pelataran Balai Kota Jakarta menuju rumah dinas.

Menjelang petang, Balai Kota Jakarta makin sepi dari kerumunan warga. Yang bertahan hanya deretan ratusan karangan bunga ucapan perpisahan & terima kasih untuk Djarot yg berdatangan sejak awal pekan lalu.

Sabtu, 14 Oktober 2017, Djarot masih akan datang ke Balai Kota, Namun, dia tak akan lg masuk ke ruang kerja, krna tugas resminya sbg Gubernur sdh berakhir. Sabtu pagi adalah acara perpisahan. Djarot akan dilepas secara resmi & menaiki kereta kencana saat meninggalkan Balai Kota.

Nyanyian & Air Mata di Hari Pertama

Rabu, 10 Mei 2017, Balai Kota Jakarta disesaki warga. Sekitar seribu warga yg berdatangan sejak pagi tampak berkumpul & memerahkan Balai Kota dgn atribut yg mereka kenakan. Tuan rumah sendiri blm terlihat tiba.

Sejumlah atribut menghiasi Balai Kota. Di antaranya balon, spanduk bertuliskan Ahok-Djarot, & ratusan karangan bunga yg sdh memenuhi kawasan gedung tempat Gubernur DKI Jakarta berkantor tsb. Sementara warga yg hadir terlihat kompak mengenakan pakaian berwarna merah.

Hari itu memang istimewa bagi kerumunan warga di Balai Kota, krna Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat akan berkantor untuk pertama kalinya sbg Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta.

Sehari sebelumnya, Selasa petang, Djarot sdh dilantik Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo sbg Plt Gubernur DKI Jakarta di Balai Agung, kompleks Balai Kota Jakarta. Sepanjang acara pelantikan, nyaris tak ada senyum di wajah Djarot.

Djarot menggantikan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yg harus berhenti setelah divonis dua tahun penjara dlm kasus penodaan agama. Mulai Rabu pagi itu, semua tanggung jawab & permasalahan di Ibu Kota beralih kepada Djarot.

Sembari menunggu kedatangan Djarot di Balai Kota, musisi & komposer Addie MS yg menjadi inisiator penyambutan Djarot mengajak warga untuk menyamakan suara menyanyikan sejumlah lagu perjuangan yg nantinya dibawakan saat Djarot tiba di Balai Kota.

Sekitar pukul 07.40 WIB, sosok yg ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Djarot datang & menuju ruang kerjanya. Setelah bertemu dgn Addie MS di ruang kerjanya, Djarot kemudian keluar ruangan menemui warga yg menunggu.

Addie MS kemudian mengambil inisiatif memimpin warga untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya, Padamu Negeri, Rayuan Pulau Kelapa, & Garuda Pancasila. Mata Djarot terlihat berkaca-kaca saat menyanyikan lagu-lagu tsb. Warga pun bernyanyi.

Tidak lupa, Djarot juga mengajak warga yg tlh memerahkan Balai Kota itu untuk memberi hormat kepada Sang Saka Merah Putih. Dalam suasana emosional tsb, sesekali terdengar teriakan dari warga yg menyerukan nama Ahok.

"Hidup Ahok! Hidup Ahok!" teriak mereka.

Sesaat setelah itu, suasana hening ketika Djarot memulai untuk berpidato. Djarot mengaku terharu dgn berbagai dinamika yg belakangan ini terjadi.

"Sungguh pagi ini merupakan satu kejutan bagi kita bersama, bahwa setelah melalui berbagai peristiwa. Saudara-saudara pada pagi hari ini berkumpul di sini dgn tertib, damai, dgn wajah-wajah penuh optimisme untuk menatap ke depan," kata Djarot dgn suara terbata-bata.

"Bukan, saya bukan sedih, tapi terharu. Ini sebetulnya hari pertama saya masuk sbg Plt, kemudian disambut dgn semangat nasionalisme," ujar Djarot.

Djarot kemudian menyeka air mata dgn sapu tangan sebelum menceritakan pertemuan dirinya dgn Ahok pada malam sebelumnya. Dia juga menyampaikan pesan Ahok untuk para pendukungnya.

"Tadi malam saya bertemu Pak Ahok. Saya berdiskusi dgn Pak Ahok & Beliau berpesan pada saya, yg harus saya sampaikan pada kalian, bahwa kita menghormati, kita menghargai apa pun yg jd keputusan majelis hakim," tegas Djarot dgn suara tertahan.

Pada kesempatan itu, Djarot juga mengatakan tdk akan mengubah kebiasaan Ahok yg selalu meluangkan waktu di pagi hari untuk bertemu warga. Dan itu langsung dibuktikan di hari pertama dia menjabat sbg Plt Gubernur DKI.

Djarot terlihat melayani antrean foto bersama warga usai penyambutan dirinya. Selain itu, Djarot juga mengubah sistem pelayanan pengaduan warga. Ia ingin warga dilayani sesuai bidang aduannya masing-masing, sehingga lebih tertib & bs ditangani dgn baik.

"Kami akan bikin cluster sesuai dgn bidang masing-masing pengaduan. Ada cluster rumpun pendidikan, itu meja sendiri, kemudian kesehatan, perumahan, pelayanan masyarakat, & masalah-masalah yg sifatnya kompleks, umum, khusus," kata Djarot.

Dia akan memantau setiap proses pengaduan tsb. Hanya sistem pelayanannya saja yg berubah, tetapi pengaduannya akan tetap dilakukan di pendopo Balai Kota DKI Jakarta spt yg dilakukan Ahok sebelumnya.

Dan yg pasti, sejak hari itu Djarot tak lg masuk dari pintu samping, melainkan langsung dari pintu depan Balai Kota untuk menerima aduan warga yg sebelumnya menjadi rutinitas Ahok.

Sukses & Gagal di Saat Akhir

Moratorium Reklamasi Dicabut

Tepat sepekan sebelum masa jabatan sbg Gubernur DKI Jakarta berakhir, Djarot Saiful Hidayat mendapat kabar kalau moratorium pembangunan megaproyek reklamasi teluk Jakarta resmi dicabut oleh Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan.

"Menteri LHK tlh mencabut sanksi administratif Pulau C, Pulau D & Pulau G, krna pengembang tlh memenuhi sanksi moratorium dari pemerintah pusat krna masalah analisis mengenai dampak lingkungan (amdal). Atas dasar itulah saya mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Nomor S-78-001/02/Menko/Maritim/X/2017 pada hari Kamis," ujar Luhut dlm keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu 7 Oktober.

Dengan surat tsb maka surat keputusan Menko Maritim pada tahun 2016 yg menghentikan sementara pembangunan reklamasi dicabut.

"Dengan ini diberitahukan bahwa penghentian sementara (moratorium) pembangunan Proyek Reklamasi Teluk Jakarta (sebagaimana dlm surat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Nomor: 27.1/Menko/Maritim/IV/2016, tanggal 19 April 2016), dinyatakan dicabut & tdk berlaku lg," demikian kutipan surat tsb.

Keputusan ini disambut gembira Djarot yg sejak awal memang mendukung diteruskannya reklamasi di Teluk Jakarta.

"Saya terima kasih. Memang sdh seharusnya dicabut. Kalau enggak boleh, sejak zaman dulu dong enggak boleh, kan sdh sejak tahun 1995, 1997," kata Djarot di Balai Kota Jakarta.

Mantan Wali Kota Blitar itu menyebut, sdh seharusnya moratorium megaproyek reklamasi Teluk Jakarta tsb dicabut, salah satunya demi menjaga investasi di sana.

"Kan tdk mungkin kami harus mengugurkan itu, sedangkan investasi sedang dilakukan di sana. Ini untuk menjamin semua investasi di Jakarta & di Indonesia, menjamin ada kepastian (investasi)," ujar Djarot.

Masuk Ancol Gratis Batal

Sayang, keinginan Djarot di akhir masa jabatannya memberi kado istimewa untuk menggratiskan warga masuk kawasan pantai Ancol tak terwujud.

Tepat di hari terakhir dia berkantor di Balai Kota Jakarta, Manajemen PT Pembangunan Jaya Ancol sbg pengelola menolak permintaan Djarot untuk membebaskan warga masuk kawasan wisata Ancol.

"Dapat dipastikan bahwa gratis masuk Ancol pada 14 Oktober tdk dilaksanakan," kata Rika Lestari selaku Corporate Communication PT Ancol lewat pesan singkat, Jumat (13/10/2017).

Dia melanjutkan, diperlukan waktu panjang untuk mengkaji seluruh aspek yg terdampak terkait masuk gratis, khususnya dari aspek keuangan. Menurut Rika, dgn masuk Ancol gratis, hal yg pertama kali terdampak adalah kinerja perusahaan.

Selain itu, sbg perusahaan terbuka yg terdaftar di bursa efek, pihaknya perlu memperhatikan aturan-aturan yg berlaku di pasar modal. "Khususnya terkait transaksi material & benturan kepentingan," ujar Rika.

Di samping itu, Rika menegaskan, pihaknya juga harus memperhatikan kepentingan para pemegang saham, baik mayoritas & minoritas. "Ya, harus memperhatikan pemegang saham," Rika memungkasi.

Padahal, usai bertemu Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol di Balai Kota, Djarot menyebut pihak Ancol sepakat untuk melakukan uji coba tiket gratis mulai Sabtu 14 Oktober 2017.

"Ini ada Direksi Ancol. Saya bilang dikaji betul kebijakan kita membebaskan pengunjung Ancol. Saya minta 14 Oktober uji coba dimulai, gratis untuk orang yg masuk," kata Djarot di Balai Kota Jakarta, Selasa 3 Oktober 2017.

Djarot menyatakan, masa uji coba gratis masuk Ancol akan berlaku selama enam bulan. Namun, harapan Djarot terpental di saat kewenangannya sbg Gubernur Jakarta tak ada lg.

Jokowi-Djarot Saling Terkait

Sementara itu, pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, menilai apa pun yg dikerjakan Gubernur Djarot selama lebih kurang enam bulan terakhir, tak bs dilepaskan dari periode kerja sejak era Gubernur Jokowi, Basuki Tjahaja Purnama, Plt Sumarsono hingga Djarot.

"Semuanya saling terkait, apa yg sdh dilakukan Pak Djarot justru diawali Pak Jokowi," ujar Nirwono Joga saat dihubungi Liputan6.com, Jumat 13 Oktober 2017 malam.

Dia mencontohkan soal penanganan masalah banjir di Ibu Kota. Semuanya diawali Jokowi dgn merevitalisasi waduk, di antaranya Waduk Pluit & Waduk Ria Rio. Namun, upaya itu terhenti pada 2015.

"Sejak era Pak Ahok, revitalisasi waduk terhenti, padahal masih ada puluhan waduk lain, ini sgt disayangkan. Tapi, Pak Ahok kemudian aktif membenahi sungai," jelas Nirwono.

Masih soal penanganan banjir & pengelolaan lingkungan, dia melihat ada cara berpikir yg salah selama periode 2012-2017. Hingga berakhirnya masa tugas Djarot, Ibu Kota baru memiliki ruang terbuka hijau (RTH) sekitar 9,98 persen, 25 taman kota yg baru serta 287 RPTRA.

"Ini menandakan bahwa RTH blm jd isu utama untuk penanggulangan banjir, seolah membangun RPTRA sama dgn membuat taman kota," ujar Nirwono.

Cara berpikir inilah yg menurut dia harus diubah. RPTRA harus dilihat sbg tempat yg lebih berfungsi secara sosial, & tak bs disamakan dgn taman kota atau RTH yg secara fungsional lebih dekat untuk penataan lingkungan, spt mencegah banjir.

Kesalahan itu pula yg dia lihat ketika moratorium reklamasi di Teluk Jakarta dicabut saat akan berakhirnya kepemimpinan Gubernur Djarot. Pada akhirnya, ini akan menjadi pertaruhan bagi kepemimpinan baru di tangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

"Saya yakin soal reklamasi ini akan ditagih publik usai Anies-Sandi dilantik & akan mempengaruhi program Anies-Sandi selama lima tahun ke depan jika hasilnya tdk sesuai dgn janji kampanye," tegas Nirwono.

Dia beralasan, salah satu faktor Anies-Sandi mendulang suara saat Pilkada DKI adalah krna pasangan ini menolak reklamasi. "Ini masalah komitmen awal, bs tdk janjinya dipegang?" pungkas Nirwono Joga.


Baca juga Artikel - artikel Keren & Terupdate kami lainnya di :

    Wordpress.com : Solid Gold
    Weebly.com : PT Solid Gold Berjangka
    Blogdetik.com : Solid Gold
    Strikingly.com : Solid Gold Berjangka
    Wixsite.com :Solid Gold
    jigsy.com : PT Solid Gold Berjangka
    Spruz.com : Solid Gold Berjangka
    Bravesite.com : PT Solid Gold Berjangka

(Zmrn - Solid Gold Berjangka)

0 comments :

Posting Komentar