Selasa, 21 Maret 2017

Keris Kyai Naga Siluman Pangeran Diponegoro, 'Raja' Pusaka Jawa | SOLID GOLD

PT SOLID GOLD BERJANGKA - Siapa yg tidak tahu perihal kisah Perang Diponegoro.

Pertempuran yg jg dikenal dgn sebutan Perang Jawa ini merupakan salah satu yg terbesar yg pernah dialami oleh Belanda selama masa pendudukannya di nusantara.



Dipimpin oleh Pangeran Diponegoro, perang yg berlangsung selama lima tahun (1825-1830) ini berlangsung di hampir seluruh wilayah Pulau Jawa.

Perang ini pulalah yg diyakini menjadi cikal bakal kesatuan nusantara.

Eksistensi Pangeran Diponegoro membuat Belanda kerepotan.

Dalam peperangan, Pangeran Diponegoro begitu tangguh & cerdik dalam menumpas lawan-lawannya.

Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, salah satu penyebabnya adalah karena Pangeran Diponegoro selalu membawa sebuah pusaka, yakni Keris Kyai Naga Siluman.

Dalam berbagai literatur, keris tersebut kerap disebut sbg "ibu" dari seluruh pusaka di Pulau Jawa.

Kesaktiannya tak perlu diragukan lagi.

Berkat tuahnya pulalah Belanda diyakini mengalami kehilangan 8.000 tentara selama Perang Diponegoro berlangsung.

Yang menjadi pertanyaan, di manakah keris Kyai Naga Siluman saat ini berada?

Pada saat Diponegoro ditangkap, keris itu disita Belanda.

Menurut sejarawan Werner Kraus, keris itu lalu dikirim ke Raja Willem I di Belanda.

Rupanya, sang raja tidak tertarik dgn ibu dari segala pusaka di Jawa itu.

Dia pun mengirimkan pusaka itu ke Koninklijk Kabinet van Zeldsaamheden, sebuah lembaga di pemerintahan Belanda yg mengurus pusaka-pusaka.

Menariknya, saat keris itu sampai di Koninklijk Kabinet van Zeldsaamheden, tak ada seorang pun yg bisa membaca huruf Jawa kuno yg tertulis di sarung keris.

Sebagai jalan keluar, Koninklijk Kabinet van Zeldsaamheden meminta bantuan salah seorang seniman terbesar Indonesia yg memang tinggal di Eropa, yg tak lain adalah Raden Saleh!

Werner Kraus dalam bukunya Raden Saleh, interpretation of the Arrest of Diponegoro, mengungkapkan bahwa pertemuan Raden Saleh dgn keris itulah yg menginspirasinya untuk melukis maha karya Penangkapan Pangeran Diponegoro.

Lukisan legendaris itu kini berada di Istana Merdeka, Jakarta.

Setelah melihat keris itu, Raden Saleh membuat catatan tertanggal 17 Januari 1831 yg bunyinya,

"Kyai berarti Guru. Seseorang yg menjadi bagian dari penguasa."

"Naga adalah ular mistis yg dipercaya memakai mahkota."

"Siluman, selalu dihubungkan dgn kepercayaan atas kekuatan supranatural, spt membuat diri sendiri tidak terlihat."

"Nama keris Kyai Naga Siluman mempunyai arti, raja naga berkekuatan magis."

Jejak keris itu pun menghilang spt di telah bumi setelah jatuh ke tangan Koninklijk Kabinet van Zeldsaamheden.

Yang pasti saat ini, keris itu sudah tidak ada lagi di Belanda.

Ada sebagian orang yg percaya bahwa keris itu sudah kembali ke Indonesia & menjadi koleksi pribadi Raden Saleh.

Di sisi lain, Sutanto Mendut, seniman & budayawan sekaligus ketua Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, & Menoreh) Kabupaten Magelang, mengaku pernah melihat sebuah keris yg diklaim milik Pangeran Diponegoro di Wina, Austria.

Sutanto menjelaskan, pada 2013, dirinya berkesempatan untuk hadir melawat ke Welt Museum atau Museum Dunia (Sebelumnya bernama Museum fur Volkerkunde) di Wina.

Di sana ia melihat sebuah keris yg dipamerkan.

Dalam penjelasan yg tertera, disebutkan bahwa keris tersebut adalah keris milik mantan pemimpin Jawa, yakni Pangeran Diponegoro.

Sutanto sendiri tak berani memastikan bahwa keris itu adalah Keris Kyai Naga Siluman.

Namun, ia mendapatkan informasi bahwa keris yg dilihatnya itu pernah menjadi milik kolektor Belanda yg sempat menjadi residen di Jawa pada akhir abad ke-18, bernama Weynschenk.

Keris itu lalu diberikan kepada kaisar Hasburg di Wina.

(Prz - PT Solid Gold Berjangka)

0 comments :

Posting Komentar